https://kalbar.times.co.id/
Pendidikan

Dari Tegalsari ke Gontor, Jejak Sejarah Pendidikan Islam Klasik Menuju Modernitas

Rabu, 08 Oktober 2025 - 09:50
Dari Tegalsari ke Gontor, Jejak Sejarah Pendidikan Islam Klasik Menuju Modernitas Trimurti pendiri Pondok Gontor yang telah memberikan kontribusi tak ternilai bagi pendidikan Islam di Indonesia (Foto:Marhaban/TIMES Indonesia)

TIMES KALBAR, PONOROGOKabupaten Ponorogo tidak hanya dikenal dengan kesenian Reognya yang mendunia, tetapi juga sebagai pusat pendidikan Islam tradisional yang memiliki akar sejarah mendalam.

Dua nama besar yang tak terpisahkan dari narasi pendidikan Islam di Bumi Reog ini adalah Pondok Pesantren Tegalsari dan Pondok Modern Darussalam Gontor.

Keduanya, meski berbeda era, memiliki benang merah historis yang membentuk lanskap pendidikan Islam di Indonesia.

Sejarah Dirintis dari Pondok Tegalsari

Dari data yang dihimpun TIMES Indonesia,​ Pondok Tegalsari adalah lentera ilmu di abad ke-18 di Kecamatan Jetis, Ponorogo. Pondok ini didirikan oleh KH. Hasan Besari, seorang ulama karismatik dan berwawasan luas.

Di bawah kepemimpinan KH. Hasan Besari, Tegalsari berkembang pesat menjadi salah satu pusat pendidikan Islam terkemuka di Nusantara.

Ribuan santri dari berbagai pelosok negeri, bahkan dari luar Jawa, berduyun-duyun datang untuk menimba ilmu agama, sastra, hingga ilmu kanuragan.

​Keistimewaan Tegalsari bukan hanya pada penguasaan ilmu agama yang mumpuni, tetapi juga pada metode pendidikannya yang holistik.

KH. Hasan Besari dikenal sebagai pendidik yang mampu memadukan kecerdasan intelektual dan spiritual para santrinya. Sistem pengajaran klasik yang menekankan pada pengajian kitab kuning, hafalan, dan akhlak mulia menjadi ciri khasnya.

​Tegalsari juga melahirkan banyak tokoh besar yang kemudian menjadi pahlawan nasional dan ulama terkemuka. Sebut saja Raden Ngabehi Ronggowarsito, pujangga besar Jawa, dan Pangeran Diponegoro, pemimpin Perang Jawa, konon pernah menimba ilmu di Tegalsari.

Kehadiran tokoh-tokoh kaliber ini menunjukkan betapa besarnya pengaruh dan reputasi Tegalsari dalam membentuk karakter dan intelektualitas bangsa.

Kelahiran Pondok Modern Gontor

Jejak keilmuan dan semangat dakwah Tegalsari tidak berhenti di situ. Beberapa abad kemudian, di awal abad ke-20, semangat yang sama, namun dengan sentuhan modernisasi, kembali bersemi di sebuah desa bernama Gontor, tidak jauh dari Tegalsari.

Tiga bersaudara, KH. Ahmad Sahal, KH. Zainuddin Fananie, dan KH. Imam Zarkasyi, yang dikenal sebagai Trimurti Pendiri Gontor, memulai babak baru dalam sejarah pesantren.

​Meski Gontor didirikan dengan visi modernisasi pendidikan Islam, akar-akarnya tak bisa dilepaskan dari tradisi pesantren klasik, termasuk Tegalsari.

Konon, nenek moyang Trimurti Gontor memiliki garis keturunan atau setidaknya pernah mendapatkan pendidikan di Tegalsari. Ini menunjukkan adanya estafet keilmuan dan semangat pendidikan yang mengalir dari Tegalsari ke Gontor.​

Gontor hadir dengan inovasi revolusioner, memperkenalkan sistem pendidikan terpadu yang menggabungkan kurikulum agama dan umum, pengajaran bahasa Arab dan Inggris secara intensif, serta penekanan pada kemandirian dan disiplin.

"Berdiri di atas dan untuk semua golongan," menjadi semboyan yang menegaskan inklusivitas Gontor. Mereka melihat bahwa untuk menjawab tantangan zaman, pesantren harus berani melakukan reformasi tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam yang fundamental.

Kontribusi yang Diakui

Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko pun kepada TIMES Indonesia mengatakan, baik Tegalsari maupun Gontor, masing-masing pada eranya, telah memberikan kontribusi tak ternilai bagi pendidikan Islam dan pembangunan bangsa.

Tegalsari menjadi pondasi keilmuan klasik dan spiritualitas yang kuat, melahirkan pemimpin dan cendekiawan.

Sementara Gontor, dengan semangat pembaruan, membuka jalan bagi modernisasi pesantren, melahirkan kader-kader ulama, pendidik, dan pemimpin yang mampu beradaptasi dengan tuntutan global.

"​Hubungan antara Tegalsari dan Gontor adalah sebuah narasi tentang evolusi pendidikan Islam di Indonesia. Dari tradisi yang kokoh di Tegalsari, muncul inspirasi untuk inovasi di Gontor," kata Bupati Sugiri Sancoko, Selasa (7/10/2025) malam.

"Keduanya adalah bukti bahwa pesantren bukan hanya lembaga pendidikan, tetapi juga pusat peradaban yang terus beradaptasi dan berkembang, menjaga api ilmu tetap menyala untuk generasi-generasi mendatang," imbuhnya.

Menurutnya, sejarah mereka adalah cermin bagaimana warisan leluhur dapat menjadi pijakan kuat untuk melangkah maju, membentuk masa depan yang lebih cerah bagi umat dan bangsa. (*)

Pewarta : M. Marhaban
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Kalbar just now

Welcome to TIMES Kalbar

TIMES Kalbar is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.