https://kalbar.times.co.id/
Berita

BI Proyeksi The Fed Pangkas Bunga 2 Kali di 2025, Defisit AS Membengkak

Jumat, 04 Juli 2025 - 10:04
BI Proyeksi The Fed Pangkas Bunga 2 Kali di 2025, Defisit AS Membengkak Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (kedua dari kanan) dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi XI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (3/7/2025) malam . (Foto: Antara/Bayu Saputra)

TIMES KALBAR, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memproyeksikan The Fed pangkas bunga dua kali pada 2025, masing-masing sebesar 50 basis point (bps), ke level 4 persen (baseline), dan berlanjut ke level 3,5 persen pada akhir 2026.

“Inflasi di Amerika turunannya akan lebih lambat. Diperkirakan suku bunga Amerika akan turun dari 4 persen pada tahun ini menjadi 3,5 persen pada tahun 2026,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta, dikutip Jumat (4/7/2025).

Namun, defisit fiskal Amerika Serikat (AS) diperkirakan membengkak dari 6,4 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tahun ini menjadi 7 persen PDB pada 2026 sehingga mendorong yield obligasi pemerintah AS tetap tinggi.

Pada triwulan I 2026, yield US Treasury 10 tahun diprakirakan mencapai 4,7 persen dan tetap berada di level tinggi setelahnya.

“Tentu saja ini nanti akan berpengaruh ke yield SBN dan bagaimana kaitannya dengan pembiayaan fiskal maupun juga dengan stabilitas sistem keuangan di Indonesia,” kata Perry.

Dari sisi nilai tukar, Perry mencatat bahwa akhir-akhir ini ada kecenderungan dolar AS tidak sekuat seperti sebelumnya. Persepsi pasar keuangan global mulai berubah, di mana aliran aset yang sebelumnya berbondong-bondong masuk ke AS kini beralih ke instrumen yang dianggap lebih aman, seperti emas, serta ke aset keuangan di emerging market.

“Ini tentu saja perlu kita waspadai karena memang volatilitas inflow-outflow portofolio maupun volatilitas nilai tukar sangat rentan pada pergerakan-pergerakan ketidakpastian global maupun pada geopolitik dunia,” ujar dia.

Perry mengingatkan, kondisi global dipenuhi ketidakpastian seperti didorong oleh faktor kebijakan tarif dari Amerika Serikat (AS) dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Pada 2026, pertumbuhan ekonomi global diprakirakan stagnan di level 3 persen. Terkait hal ini, BI menyoroti kecenderungan pertumbuhan ekonomi di negara-negara mitra dagang utama Indonesia yang menurun.

Pertumbuhan ekonomi AS diprakirakan sekitar 2,1 persen pada tahun ini dan akan turun menjadi 1,8 persen pada 2026, bahkan dengan risiko resesi.

Ekonomi Eropa dan Jepang juga berada dalam kondisi yang masih tekanan. Sementara ekonomi Tiongkok, sebagai negara mitra dagang utama kedua Indonesia, juga melambat yakni diprakirakan 4,3 persen pada 2025 menjadi 4,1 persen pada 2026.

“Yang masih menjadi harapan adalah India yang diperkirakan akan tumbuh 6,6 persen pada 2025 dan 2026,” ujar Perry.

Ia mengingatkan bahwa kondisi pertumbuhan ekonomi global, fragmentasi perdagangan, dan terganggunya rantai pasok menjadi tantangan bagi Indonesia dalam mendorong ekspor sebagai sumber pertumbuhan ekonomi nasional.

Secara keseluruhan, kondisi ekonomi global menuntut Indonesia untuk terus memperkuat ketahanan ekonomi terhadap dampak rambatan eksternal. Stabilitas tetap harus dijaga, termasuk stabilitas nilai tukar dan pasar obligasi.

Namun pada saat yang bersamaan, Perry menegaskan bahwa stimulus bagi pertumbuhan ekonomi juga perlu terus didorong, baik melalui kebijakan fiskal, kebijakan bank sentral, maupun kebijakan yang mendukung sektor riil khususnya melalui program Asta Cita. (*)

Pewarta : Antara
Editor : Hendarmono Al Sidarto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Kalbar just now

Welcome to TIMES Kalbar

TIMES Kalbar is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.