TIMES KALBAR, JAKARTA – Kini giliran Presiden Palestina, Mahmud Abbas yang Rabu (23/4/2025) mendesak Hamas untuk membebaskan semua sisa sandera di Gaza.
"Sayalah yang membayar harganya, rakyat kami yang membayar harganya, bukan Israel. Saudaraku, serahkan saja mereka," pinta Abbas.
Permintaan Abbas itu dikemukakan saat Israel meningkatkan serangannya terhadap rakyat Palestina, dan kemarin membunuh 25 orang.
"Hamas telah memberikan alasan kepada pendudukan kriminal (Israel) untuk melakukan kejahatannya di Jalur Gaza, yang paling terutama soal penyanderaan ," kata Abbas di Ramallah, kantor pusat Otoritas Palestina (PA) di Tepi Barat yang diduduki Israel.
"Setiap hari ada kematian. Mengapa? Karena mereka (Hamas) menolak menyerahkan sandera Amerika," tambah Abbas seperti dilansir Arab News.
Sandera Amerika yang dimaksudkan Abbas adalah Edan Alexander, yang dilaporkan ada dalam daftar sandera yang diminta Israel untuk dibebaskan dalam proposal yang baru-baru ini ditolak oleh Hamas.
Karena itu Mahmud Abbas kemarin mendesak Hamas untuk membebaskan semua sandera dengan menyatakan bahwa penyanderaan itu memberi Israel "alasan" untuk menyerang Gaza,
Sementara itu tim penyelamat telah menemukan mayat-mayat hangus akibat serangan Israel. Jerman, Prancis dan Inggris sudah mendesak Israel untuk mengakhiri blokade terhadap masuknya bantuan.
Zionis Israel melanjutkan serangan militernya kembali di Gaza sejak tanggal 18 Maret saat gencatan senjata berakhir. Sementara pembicaraan tentang gencatan senjata yang baru sejauh ini gagal menghasilkan terobosan apapun.
Delegasi Hamas saat ini berada di Kairo untuk negosiasi ulang dengan mediator Mesir dan Qatar.
"Kalian bajingan, serahkan apa yang kalian miliki dan keluarkan kami dari cobaan ini," teriak Abbas dengan melontarkan hinaan kasar dalam bahasa Arab kepada Hamas.
Sementara pejabat senior Hamas Bassem Naim menyebut pernyataan Abbas itu sama saja dengan "menghina".
"Abbas berulang kali dan dengan curiga menyalahkan kejahatan pendudukan dan agresi yang sedang berlangsung pada rakyat kami," katanya.
Sayap bersenjata Hamas, Brigade Ezzedine Al-Qassam kemudian mengeluarkan rekaman yang dikatakannya adalah seorang sandera Israel yang hidup di terowongan Gaza.
Sandera itu mengidentifikasi dirinya sebagai Omri Miran yang berusia 48 tahun.
Hubungan antara partai Fatah pimpinan Mahmoud Abbas dengan Hamas tegang. Keduanya pecah politik dan ideologi yang mendalam selama hampir dua dekade.
Abbas dan PA sering menuduh Hamas merusak persatuan Palestina, sementara Hamas mengkritik yang pertama karena bekerja sama dengan Israel dan menindak perbedaan pendapat di Tepi Barat.
Rabu kemarin Israel terus menggempur Gaza dengan penyelamat mengatakan sedikitnya 25 orang telah meninggal dunia sejak fajar, termasuk 11 orang dalam serangan terhadap sekolah yang diubah menjadi tempat penampungan.
"Sekolah itu menampung orang-orang terlantar. Pengeboman itu memicu kebakaran besar, dan beberapa mayat hangus telah ditemukan," kata juru bicara pertahanan sipil, Mahmud Bassal, menggambarkan serangan terhadap sekolah Yaffa di lingkungan Al-Tuffa, Kota Gaza.
Seorang jurnalis AFP melaporkan melihat beberapa jenazah dalam kain kafan putih di kamar mayat rumah sakit Al-Shifa, dimana para wanita menangis di atas jenazah seorang anak.
"Kami tidak menginginkan apa pun kecuali perang berakhir, sehingga kami bisa hidup seperti orang-orang di seluruh dunia. Kami adalah orang-orang yang miskin, hancur, nyawa kami hilang,” kata warga Khan Yunis, Walid Al-Najjar.
Sejak perang dimulai setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel, puluhan ribu warga Gaza yang mengungsi telah mencari perlindungan di sekolah-sekolah.
Badan-badan bantuan memperkirakan bahwa sebagian besar dari 2,4 juta penduduk Gaza telah mengungsi setidaknya satu kali.
"Kami kekurangan peralatan dan perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan operasi penyelamatan yang efektif atau mengevakuasi jenazah para martir," kata Bassal.
Pada hari Selasa, militer Israel mengatakan telah menargetkan sekitar 40 "kendaraan teknik", dengan menuduh mereka akan digunakan untuk tujuan teror.
"Di tempat lain di Gaza, lebih banyak korban jiwa dilaporkan pada hari Rabu, termasuk empat orang meninggal dunia dalam penembakan Israel terhadap rumah-rumah di Kota Gaza timur," tambah Bassal.
Militer tidak segera mengomentari serangan terbaru tersebut.
Sejak kampanye Israel dilanjutkan sejak Maret, sedikitnya 1.928 orang telah meninggal dunia di Gaza, sehingga jumlah total korban meninggal dunia sejak perang meletus menjadi sedikitnya 51.305.
Serangan Hamas terhadap Israel Oktober 2023 memicu perang dan mengakibatkan kematian 1.218 orang di pihak Israel, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel.
Jerman, Prancis, dan Inggris pada hari Rabu meminta Israel untuk berhenti memblokir bantuan kemanusiaan ke Gaza, dengan memperingatkan "risiko akut kelaparan, penyakit epidemi, dan kematian."
"Kami mendesak Israel untuk segera memulai kembali aliran bantuan kemanusiaan yang cepat dan tanpa hambatan ke Gaza untuk memenuhi kebutuhan semua warga sipil," kata menteri luar negeri mereka dalam sebuah pernyataan bersama. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Presiden Palestina Kini Desak Hamas Bebaskan Semua Sandera
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Ronny Wicaksono |