TIMES KALBAR, JAKARTA – Sejarah hari ini memperingati peristiwa pembumihangusan Bandung oleh pejuang Indonesia dalam upaya mempertahankan kedaulatan negara. Peristiwa yang terjadi pada 23 Maret 1946 itu dikenal dengan peristiwa Bandung Lautan Api, karena hampir seluruh kota dan tempat-tempat penting di Bandung dibakar.
1946
Peristiwa Bandung Lautan Api (Foto: Arsip Nasional)
Sejarawan Universitas Padjajaran Profesor Nina Lubis dalam buku Sejarah Bandung menulis, pembumihangusan itu adalah strategi menggagalkan keinginan sekutu menguasai Bandung. Tentara dan masyarakat Bandung tidak menyerah kepada sekutu. Sebab, saat bersamaan PM Syahrir masih melakukan diplomasi dengan Netherlands Indies Civil Administration (NICA).
Sementara dalam dalam buku Bandung 1945-1946 (2019) karya Egi Azwul Fikri, ada beberapa latar belakang sebagai pemicu peristiwa Bandung Lautan Api. Yang pertama, tuntutan pimpinan Sekutu ketika itu, Brigade Mac Donald meminta warga Bandung menyerahkan semua senjata Jepang yang sudah dilucuti ke pihak Sekutu dan ultimatum dari Sekutu untuk mengosongkan Bandung Utara pada 29 November 1945.
Untuk mengenang peristiwa berseharah ini, pemerintah membangun Monumen Bandung Lautan Api.
1950
Ilustrasi - Hari Meteorologi Sedunia (Foto: eransa)
23 Maret juga tercatat sebagai Hari Meteorologi Sedunia. Ini seiring dengan pembentukan World Meteorological Organization (WMO) pada 23 Maret 1950 dan berada dibawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Tujuan dari disahkannya Hari Meteorologi Sedunia adalah meyeragamkan pengukuran di seluruh dunia.
2020
Foto: setkab
Sejarah hari ini juga mencatat, pada 23 Maret 2020 Presiden RI Jokowi (Joko Widodo) meresmikan Wisma Atlet Kemayoran sebagai rumah sakit penanganan Covid-19. Ini dilakukan menyusul meningkatnya kasus positif Covid-19 di Jakarta. (*)
Pewarta | : Ratu Bunga Ambar Pratiwi (MG-345) |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |