TIMES KALBAR, TASIKMALAYA – Ratusan massa dari Pengurus Pusat Jaringan Persatuan Asli Tasik Indonesia (PP JAPATI) menggelar Aksi Bela Palestina di kawasan Taman Kota Tasikmalaya, Minggu (12/10/2025).
Sejak pukul 16.00 WIB, massa aksi sudah memadati area taman dengan membawa bendera Palestina, spanduk seruan kemerdekaan, dan poster solidaritas kemanusiaan.
Aksi ini menjadi bentuk nyata dukungan masyarakat Tasikmalaya terhadap perjuangan rakyat Palestina yang selama puluhan tahun hidup di bawah pendudukan Israel.
Mereka secara bergantian melakukan orasi, menyampaikan pesan-pesan moral, politik, dan kemanusiaan agar dunia tidak lagi menutup mata terhadap penderitaan yang terus terjadi di tanah suci tersebut.
Koordinator aksi, Tsani Hudaya Junen, dalam orasinya menegaskan bahwa perjuangan rakyat Palestina telah berlangsung begitu panjang dan menyakitkan.
Koordinator aksi, Tsani Hudaya Junen, saat membacakan tuntutan saat Aksi Bela Palestina di Taman Kota Tasikmalaya, Minggu (12/10/2025) (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)
“Palestina sudah puluhan tahun berada di bawah pendudukan Israel. Rakyat Palestina terus hidup dalam ketidakpastian dan ketidakadilan yang panjang. Konflik yang tak kunjung usai, pengusiran, dan kekerasan terhadap warga sipil menjadi makanan sehari-hari bagi rakyat Palestina,” ujar Tsani. Minggu (12/10/2025) petang.
Menurutnya, dunia kini dihadapkan pada pilihan moral dan politik yang jelas: mendukung kemerdekaan Palestina sebagai satu-satunya jalan untuk menciptakan perdamaian dan keadilan global.
Ia menegaskan, “Sudah saatnya Palestina merdeka, dan dukungan global menjadi kunci bagi perjuangan tersebut.”
Tolak Kekerasan dan Penindasan
Aksi tersebut juga menjadi momentum untuk mengutuk keras berbagai tindakan kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia yang terus dialami rakyat Palestina.
Tsani menyebut, serangan militer dan represi terhadap warga sipil Palestina telah menyebabkan ribuan korban jiwa, termasuk perempuan dan anak-anak yang seharusnya dilindungi oleh hukum internasional.
Salah satu contoh nyata dari penjajahan modern adalah blokade Israel di Jalur Gaza yang telah berlangsung lebih dari satu dekade.
Ratusan massa aksi dari PP JAPATI berderet saat Aksi Bela Palestina di Taman Kota Tasikmalaya, Minggu (12/10/2025) (FOTO: Harniwan Obech/TIMES Indonesia)
Blokade tersebut menyebabkan krisis kemanusiaan akut - keterbatasan air bersih, listrik, pangan, dan obat-obatan yang semakin memperparah penderitaan masyarakat Gaza.
“Saat ini dunia sedang menyaksikan genosida paling jelas yang tengah berlangsung di Palestina. Kekerasan Israel telah melanggar prinsip-prinsip kemanusiaan paling mendasar, seperti hak hidup, kebebasan dari rasa takut, dan hak atas keamanan diri,” tegas Tsani.
Dasar Konstitusi dan Sejarah
Aksi ini juga mengingatkan kembali amanat konstitusi bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945, bahwa 'Kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan'.
Prinsip tersebut, kata Tsani, menjadi dasar moral bagi bangsa Indonesia untuk mendukung kemerdekaan Palestina.
“Sebagai warga negara yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan keadilan, kita harus menolak segala bentuk penjajahan dan kekerasan, termasuk yang dialami rakyat Palestina. Ini bukan sekadar soal solidaritas, tetapi wujud nyata dari prinsip kemanusiaan yang berkeadilan,” ucapnya.
Dalam sejarahnya, Palestina adalah salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia secara de jure pada 1945.
Dukungan tersebut datang dari Mufti Besar Palestina, Syekh Muhammad Amin Al-Husaini, yang menyerukan kepada negara-negara Arab dan Islam untuk mendukung kemerdekaan Republik Indonesia.
Fakta sejarah ini menjadi alasan moral bagi bangsa Indonesia untuk terus berdiri bersama Palestina.
“Dulu Palestina mendukung kemerdekaan kita. Kini giliran kita yang harus berdiri untuk mendukung kemerdekaan mereka,” ujar salah satu peserta aksi.
Dimensi Spiritual
Selain aspek politik dan kemanusiaan, Tsani juga menegaskan dimensi spiritual perjuangan Palestina.
Wilayah Palestina memiliki nilai religius yang mendalam bagi umat Islam, karena di sanalah terletak Masjid Al-Aqsa, kiblat pertama umat Islam dan salah satu dari tiga masjid suci dalam Islam setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
“Menjaga Palestina berarti melestarikan tanah suci yang menjadi bagian dari peradaban manusia dan simbol kedamaian dunia,” tambahnya.
Aksi Bela Palestina di Tasikmalaya ini bukan hanya ekspresi politik, tetapi juga seruan universal untuk membangun solidaritas kemanusiaan lintas bangsa dan agama.
“Kepedulian terhadap Palestina bukan hanya tanggung jawab negara atau lembaga internasional, tetapi juga tanggung jawab kita sebagai manusia yang menjunjung tinggi nilai keadilan dan kemanusiaan,” ujar Tsani dalam penutup orasinya.
Massa aksi menutup kegiatan dengan doa bersama untuk keselamatan rakyat Palestina. Aksi berjalan dengan tertib dan damai di bawah pengawalan personel Polres Tasikmalaya Kota. Usai doa, massa membubarkan diri dengan tertib, meninggalkan pesan moral yang kuat yakni Tasikmalaya bersama Palestina. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Dari Tasikmalaya, PP JAPATI Serukan Kemerdekaan dan Kemanusiaan bagi Palestina
Pewarta | : Harniwan Obech |
Editor | : Ronny Wicaksono |